SENI BUDAYA BANTEN DALAM TRANSFORMASI MODERN


Budaya berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang artinya hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam Bahasa Indonesia. Sedangkan, menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa dan cipta manusia. Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.(Edward B. Taylor)
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai. (Ki Hajar Dewantara).

Tiga Wujud Kebudayaan

Pengetahuan 
Pemahaman manusia mengenai potensi lingkungan alam sebagai sumber daya yang dapat dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhnnya. Pemahaman manusia mengenai perilaku alam berkenaan dengan keajegan-keajegan maupun perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan alam (biotic atau abiotic) lingkungan  sosial. Termasuk dalam wujud ini adalah pandangan-pandangan tentang dunia dan strategi-strategi untuk mengatasi permasalahan hidup.

Tindakan 
Tindakan (action) atau perilaku (behavior) manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, baik yang bersifat dasar maupun tambahan. Sistem tindakan berpola dilakukan atas dasar sistem nilai atau pengetahuan sebagai sumber pedomannya.

Benda 
Benda buatan manusia pada dasarnya adalah atau benda alam yang diubah manusia, secara langsung atau tidak langsung,  untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Benda alam-benda alam sebagai sumbernya  itu dapat berupa batu, tulang, logam, tanah liat, bambu, kayu, kulit kayu, kulit hewan, akar-akaran, buah-buahan, sayur-sayuran, daun-daunan, dsb. Bentuknya  dapat berbentuk alat, atau alat untuk membuat alat (tool kit system), sarana kehidupan, kuliner dll.

Sifat Kebudayaan
  • Never ending process. Pada dasarnya kebudayaan merupakan proses yang tidak mengenal batas akhir. Sumber  kebudayaan adalah nilai-nilai dan keinginan-keinginan  untuk meningkatkan kualitas hidup. Nilai-nilai dapat berubah dan keinginan  tidak dapat dibatasi. 
  • Perubahan Tidak dapat dicegah. Setiap zaman memiliki tantangan yang berbeda-beda, baik yang disebabkan karena faktor internal maupun eksternal. Kecepatan perubahan berbeda-beda tergantung dari faktor-faktor pendorongnya.
  • Evolusioner. Pada dasarnya perkembangan kebudayaan berjalan perlahan secara evolusioner. Percepatan perkembangan sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal, misalnya local genius,  maupun eksternal, misalnya faktor ekonomi, politik, sosial, teknologi, keamanan dll. Faktor internal merupakan kekuatan utama dalam mendorong percepatan perkembangan kebudayaan.  

Seni Budaya Banten
Seni pertunjukkan yang dimiliki oleh masyarakat banten yang diperoleh melalui proses yang turun temurun, memiliki kekhasan yang sangat istimewa dan luar biasa serta merupakan sosok seni pertunjukkan yang lentur dan cair sifatnya. Hal ini disebabkan karena lingkungan masyarakatnya yang selalu berada dalam kondisi yang terus berubah-ubah. Pada kurun waktu tertentu, ada yang mapan dan mengembangkan suatu sosok yang tumbuh sebagai suatu “tradisi”, sebagai upaya dan penerimaan masyarakat kepada suatu hasil budaya yang dialihteruskan selama bergenerasi. Begitu pula di banten, berbagai karya seni tumbuh dan berkembang, difungsikan dari generasi ke generasi yang kemudian mempunyai ciri-ciri yang mapan, masing-masing daerah pun mempunyai ciri yang khas yang mencerminkan asal daerahnya, bahkan membentuk genre-genre yang kemudian menjadi tradisi masyarakat setempat.



Adaptasi dan Transformasi Seni Tradisi Banten
Di Banten contoh serupa dapat ditemukan pada seni silat dan pertunjukkan yang populer di masyarakat Banten, yakni DEBUS. Debus mempunyai hubungan dengan tarekat didalam ajaran islam. Yang intinya sangat kental dengan filosofi keagamaan, mereka dalam kondisi yang sangat gembira karena bertatap muka dengan tuhannya. Mereka menghantamkan benda tajam ketubuh mereka, tiada daya upaya melainkan karena Allah semata. Kalau Allah tidak mengijinkan golok, parang maupun peluru melukai mereka. Dan mereka tidak akan terluka. Dahulu Debus ditampilkan apa adanya dengan atraksi yang mengerikan, berupa : memotong lidah, menusuk perut hingga usus terburai, memakan silet dan beling, hingga membakar tubuh dengan api.
Di zaman sekarang pertunjukkan yang demikian itu dianggap sebagai suatu pertunjukkan yang mempertontonkan “kebrutalan” sehingga dianggap tidak layak ditampilkan di tempat-tempat terhormat seperti hotel atau pun acara-acara resmi. Mensikapi hal demikian, maka seniman Debus berkreasi mengolah atraksi-atraksi yang “sopan” dan lebih kepada menghibur, sehingga muncullah atraksi yang lebih soft dan mudah diterima di berbagai kalangan.   


Penutup
          Banten sebagai komunitas kutural memang mempunyai kebudayaannya sendiri yang ditampilkan lewat unsur-unsur kebudayaan. Dilihat dari unsur-unsur kebudayaan itu, masing-masing unsur berbeda pada tingkat perkembangan dan perubahannya. Karena itu terhadap unsur-unsur yang niscaya harus berkembang dan bertahan, harus didorong pula bagi pendukungnya untuk terus menerus belajar (kulturisasi) dalam pemahaman dan penularan kebudayaan.
       Kalau boleh dikatakan, menangkap deskripsi budaya Banten adalah upaya yang harus serius, kalau tidak ingin menjadi punah. Kepunahan suatu kebudayaan sama artinya dengan lenyapnya identitas. Hidup tanpa identitas berarti berpindah pada identitas lain dengan menyengsarakan identitas semula.
         Keanekaragaman warisan budaya merupakan potensi yang sangat besar dalam menyambut gelombang keempat trend perekonomian dunia, sebagai ekonomi kreatif yang berakar dari budaya. Selain masalah pengelolaan kekayaan budaya yang berwujud (tangible) tersebut, pengembangan kebudayaan juga menghadapi masalah pengelolaan kekayaan budaya yang bersifat tidak berwujud (intangible).

Related Posts

There is no other posts in this category.